Hama tanaman cabe dan cara mengatasinya
Hama tanaman cabe dan cara mengatasinya
Sebenarnya banyak jenis hama yang menyerang tanaman cabai sejak dari
persemaian sampai panen. Tetapi hanya ada beberapa jenis hama yang merupakan hama utama.
Hama utama adalah hama yang terus menerus merusak dan secara
ekonomis merugikan, sehingga selalu perlu dilakukan tindakan pengendalian.
(Setiawati dkk. 2005) mengemukakan dalam penelitiannya ada Jenis-jenis hama utama pada tanaman cabai yaitu antara lain sebagai berikut
A. Trips (T. parvispinus)
Trips menyerang tanaman cabai sepanjang tahun, serangan hebat
umumnya terjadi pada musim kemarau. Serangga dewasa bersayap seperti jumbai (sisir bersisi dua), sedangkan nimfa tidak bersayap.
Warna tubuh nimfa kuning
pucat, sedangkan serangga dewasa berwarna kuning sampai coklat kehitaman.Panjang tubuh sekitar 0.8 – 0.9 mm. Daur hidup trips dari telur sampai dewasa di dataran rendah berkisar antara 7 – 12 hari.
Tanaman inang trips lebih dari 105
jenis tanaman dari keluarga Cucurbitaceae, Solanaceae, Malvaceae dan Leguminoceae. Inang utama trips antara lain adalah tembakau, kopi, ubi jalar, krotalaria dan kacang-kacangan. Permukaan bawah daun yang terserang berwarna keperak-perakan dan daun mengeriting atau berkerut.
B. Kutu daun Persik (M. persicae)
Kutu daun persik selalu ditemukan di areal pertanaman cabai merah.Ukuran tubuhnya kecil (1 – 2 mm), Kutudaun muda (nimfa atau apterae) daEC n dewasa (imago atau alatae) mempunyai antena yang relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya.
Nimfa dan imago (bersayap) mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun persik berwarna hitam. Perkembangbiakannya dilakukan dengan dua cara, yaitu
(1) dengan perkawinan biasa (di daerah subtropis)
(2) secara “parthenogenesis” atau melahirkan anak.
Di daerah tropis, daur hidupnya berkisar antara 10 – 20 hari, sehingga dalam satu tahun terdapat 8 – 20 generasi.
Tanaman inang M. persicae lebih dari
400 jenis, antara lain adalah kentang, kubis, wortel, seledri, mentimun, terung,
bayam, cabai, tembakau, tomat, dan petsai.
Secara langsung tanaman yang terserang keriput, tumbuhnya kerdilkekuningan, daun-daun terpuntir, layu lalu mati.
Secara tidak langsung kutu daun persik merupakan vektor penting penyakit
virus menggulung daun kentang (PLRV) dan PVY.
C. Tungau Teh Kuning (P. latus)
P. latus lebih dikenal sebagai tungau teh kuning, menyerang tunas dan
daun-daun yang baru tumbuh sehingga bentuknya berubah.
Hama tersebut menyerang tanaman cabai sepanjang tahun, serangan hebat umumnya terjadi pada
musim kemarau. Imago berkaki delapan, sedangkan nimfa berkaki enam. Warna
tubuh kuning transparan. Ukuran tubuh + 0.25 mm.
Tungau ukurannya kecil dan mengisap cairan sel daun. Bercak-bercak klorotik yang disebabkan oleh tungau ini
menyebabkan daun berwarna gelap, sebaliknya infestasi tungau yang tinggi menyebabkan daun dan tanaman mati.
Tanaman inang P. latus lebih dari 57 jenis
tanaman antara lain cabai, tomat, karet, dan teh. Daun yang terserang menjadi
berwarna tembaga, tepi daun mengeriting, tunas dan bunga gugur.
D. Ulat Tanah (A. ipsilon)
Ulat tanah merupakan hama penting tanaman sayuran muda seperti kubis,
petsai, tomat, dan cabai. Tanaman inang lainnya adalah tembakau, jagung, dan
kacang-kacangan.
Ngengat A. ipsilon berwarna coklat tua dengan beberapa titik putih bergaris-garis, kecuali bagian depannya berwarna abu-abu atau coklat pucat dan aktif pada malam hari untuk berkopulasi, makan dan bertelur.
Lama hidup ngengat A. ipsilon 7 – 14 hari. Telur diletakkan berkelompok atau tunggal pada daun muda. Telur berbentuk bulat kecil bergaris tengah 0,5 mm dan berwarna kuning muda.
Telur menetas setelah 3 – 5 hari. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur sekitar 500 – 2.500 butir. Larva berwarna coklat tua sampai
coklat kehitam-hitaman panjangnya sekitar 30 – 35 mm.
Stadium larva terdiri atas 4 – 5 instar.
Larva aktif pada senja/malam hari. Pada siang hari, larva bersembunyi di
permukaan tanah di sekitar batang tanaman muda, pada celah-celah atau
bongkahan tanah kering.
Pada saat istirahat, posisi tubuh larva sering melingkar. Pada senja atau malam hari ulat tanah aktif, muncul ke permukaan tanah, kemudian memotong pangkal batang dan tangkai daun tanaman cabai yang masih muda.
Akibatnya tanaman muda roboh dan kelihatan terpotong. Kerusakan berat
pada pertanaman cabai merah kadang-kadang terjadi di awal musim kemarau.
Fase perkembangan larva sekitar 18 hari. Pupa berwarna coklat terang berkilauan
atau coklat gelap. Pupa dibentuk di dalam tanah.
E. Gangsir (B. portentotus)
Cengkerik penggali tanah (gangsir), di Jawa Barat lebih dikenal dengan
sebutan beunceuh atau kasir berwarna kecoklat-coklatan dengan sungut pendek,
dan tungkai-tungkai depannya sangat lebar. Telur berbentuk lonjong dengan
ukuran 4 – 6,5 mm.
Dalam satu kelompok biasanya terdiri atas 30 – 50 telur. Satu
ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100 – 200 butir.
Serangga serangga ini hidup di dalam tanah dengan cara membuat lubang di dalam tanah sampai dengan 90 cm di bawah permukaan (Kalshoven 1981 dalam Setiawati et al. 2005) Satu lubang biasanya dihuni oleh 1 – 2 ekor gangsir.
Serangan berat biasanya terjadi pada awall bulan Juli sampai dengan akhir bulan Agustus. Siklus hidupnya sekitar 21 hari.
Tanaman inangnya antara lain adalah cabai merah, kubis, buncis, tomat, jagung, ketela pohon, kopi, dan teh.
Gejala serangan ditandai terpotongnya tanaman pada pangkal batang.Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kerugian yang diakibatkan
oleh serangan gangsir ini dapat mencapai 50 – 60% dari seluruh bibit yang
ditanam.
F. Anjing Tanah atau Orong-orong ( G. africana dan G. hirsuta)
Orong-orong tinggal di bawah permukaan tanah, memiliki sepasang kaki
depan yang kuat dan dapat digunakan untuk melindungi diri.
Imago terbang pada malam hari dan sering tertarik oleh cahaya lampu. Imago menyerupai jangkrik, panjang kira-kira 3 cm. Warnanya merah tua. Nimfa seperti serangga dewasa tetapi ukurannya lebih kecil.
Sifatnya sangat polifag memakan akar, umbi tanaman muda dan serangga. Tanaman inang lain adalah kentang dan bawang
merah.
G. Uret ( Phyllophaga spp. dan Scarabaeidae lainnya)
Uret merupakan larva kumbang yang ukurannya relatif besar.
Panjang uret dapat mencapai 5 cm. Tubuhnya kokoh dan melengkung, mempunyai kaki pada toraks (dada). Kerusakan dapat terjadi apabila cabai di tanam pada lahan bekas padang rumput.
H. Ulat Bawang (S. exigua)
Ngengat berwarna kelabu dengan sayap depan berbintik kuning. Seekor
ngengat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 1.000 butir.
Telur diletakkan secara berkelompok pada tanaman cabai atau gulma yang tumbuh disekitarnya.Telur dilapisi oleh bulu-bulu putih yang berasal dari sisik tubuh induknya.
Telur berwarna putih, dengan bentuk bulat atau bulat telur (lonjong) dengan ukuran sekitar 0,5 mm.
Larva berbentuk bulat panjang, berwarna hijau atau coklat dengan kepala berwarna kuning kehijauan. Lamanya daur hidup sekitar 15 – 17 hari pada suhu 30 – 33 0C.
Pupa dibentuk dalam tanah. Hama ini bersifat polifag. Lebih dari 200 jenis tanaman menjadi inangnya. Tanaman inang lain yaitu
bawang kucai, bawang daun, bawang putih, kubis, kentang, jagung, dll. Gejala
serangan berupa bercak-bercak putih transparan pada daun.
I. Ulat Grayak (S. litura)
Ngengat berwarna agak gelap dengan garis putih pada sayap depannya,
sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan bercak hitam.
Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 2.000 – 3.000 butir. Telurnya berwarna putih diletakkan berkelompok dan berbulu halus sepertidiselimuti kain laken.
Dalam satu kelompok telur terdapat sekitar 350 butir telur. Larv mempunyai warna yang bervariasi, tetapi mempunyai kalung hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh.
Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Pupa berwarna
coklat gelap terbentuk pada permukaan tanah.
Tanaman inangnya antara lain
adalah tembakau, cabai, bawang merah, terung, kentang, kacang-kacangan, dan
lain-lain (Brown dan Dewhurst, 1975 dalam Setiawati et al. 2005).
Pada daun yang terserang oleh larva yang masih kecil terdapat sisa-sisa epidermis bagian atas dan tulang-tulang daun saja. Larva yang sudah besar merusak tulang daun dan buah.
Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya lubang tidak
beraturan pada buah cabai. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman menjadi
gundul.
Menurut (Pracaya, 2011) setelah cukup dewasa, yaitu kurang lebih 2
minggu, ulat mulai berkepompong di dalam tanah.
Pupanya dibungkus dengan
tanah dan setelah menjadi ngengat, hama ini bisa terbang sejauh 5 km pada malam
hari.
J. Lalat Pengorok Daun (L. huidobrensis)
Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm. Fase imago
betina rata-rata 10 hari dan jantan 6 hari (Supartha, 1998 dalam Setiawati et al.
2005).
Siklus hidupnya sekitar 28 hari. Telur berbentuk ginjal diletakkan pada jaringan epidermis, berukuran 0,1-0,2 mm dan bentuknya oval.
Fase telur adalah 2-4 hari. Larva berbentuk silinder berwarna putih bening terdiri atas tiga instar, ukuran larva 2,5 mm tidak mempunyai kepala atau kaki. Fase larva adalah sekitar 6-12 hari.
Pupa dibentuk dalam tanah, berwarna kuning kecoklatan. Fase pupa
adalah sekitar 9 - 12 hari. Tanaman inangnya adalah kentang, tomat, seledri,
wortel, terung, mentimun, cabai, semangka, dan kacang-kacangan.
K. Wereng Kapas (Empoasca spp.)
Sebaran wereng kapas sangat luas. Wereng kapas berukuran kecil, sekitar
3 mm.
Gerakannya sangat gesit, jika terganggu akan meloncat dengan cepat.
Hama tersebut mengisap cairan tanaman yang mengakibatkan tanaman menjadi
lemah.
Wereng kapas juga menghasilkan racun yang dapat merusak tanaman.
Beberapa spesies dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh mikoplasma seperti penyakit “aster yellow” dan “witches- broom”.
Kisaran inangnya sangat luas termasuk kapas, mentimun, terung, tomat, kentang, dan lain-lain. Serangan
berat biasanya terjadi pada musim kemarau.
Gejala serangan dari hama ini menyebabkan bintik-bintik putih pada daun, karena cara makannya dengan menusuk dan mengisap, terutama pada permukaan atas daun.
Jika terjadi serangan hebat, semua permukaan daun penuh dengan
bintik-bintik putih. Nimfa dan wereng dewasa dapat diamati pada permukaan
bawah daun, selain itu wereng hijau juga menyebabkan pinggir daun kering
seperti terbakar dengan ujungnya menggulung dan daun-daun berwarna
kekuningan. Tanaman dapat mati muda.
L. Kutu Kebul (B. tabaci)
Hama kutu kebul, B. tabaci yang merupakan hama penting pada tanaman
cabai. Hama ini pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1938 pada tanaman tembakau.
Telur B. tabaci berbentuk lonjong, agak lengkung seperti pisang,
panjangnya kira-kira antara 0,2 – 0,3 mm dan diletakkan di permukaan bawah
daun.
Fase telur 7 hari. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke – 1 berbentuk bulat
telur dan pipih, bertungkai yang berfungsi untuk merangkak.
Pupa berbentuk oval agak pipih, berwarna hijau ke putih-putihan sampai kekuning-kuningan. Pupa terdapat pada permukaan bawah daun. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada bagian permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung.
Ukuran tubuhnya berkisar antara 1–1,5 mm.
Siklus hidupnya berkisar antara 7–21 hari.
Serangga dewasa biasanya
berkelompok dalam jumlah yang banyak. Bila tanaman tersentuh, serangga
tersebut akan beterbangan seperti kabut atau kebul putih.
B. tabaci adalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar.
Tanaman yang menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang
terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicacea, Convolvulaceae, Cucurbitacea, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Solanaceae, dll.).
Tanaman
inang utamanya antara lain adalah Gossypium, Lycopersicon esculentum, Gerbera
jamesonii, Capsicum annuum, Nicotiana tabacum, Ipomoea batatas, Manihot
esculenta, Euphorbia pulcherrima, Sinningia speciosa, Lactuca sativa, Cucumis sativus, Abelmoschus esculentus, Phaseolus vulgaris,Solanum melongena, Brassica sp., Glycine max, Piper nigrum, Solanum tuberosum, Hibiscus, dan Ageratum.
M. Ulat Buah Tomat (H. armigera)
Larva ulat buah tomat masuk ke dalam buah dengan menembus dinding
buah dan hidup dari bagian dalam buah cabai yang belum masak.
Kerusakan yang diakibatkannya yaitu berupa lubang-lubang pada buah cabai. Ngengat berwarna coklat kekuning-kuningan dengan bintik-bintik dan garis yang berwarna hitam.
Ngengat jantan mudah dibedakan dari ngengat betina karena ngengat betina
mempunyai bercak-bercak berwarna pirang muda.
Telur berbentuk bulat dan
berwarna putih agak kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi kuning tua
dan akhirnya ketika mendekati saat menetas berbintik hitam.
Fase telur berkisar antara 10-18 hari (Setiawati 1991 dalam Setiawati et al. 2005).
Larva muda berwarna kuning muda kemudian berubah warna dan terdapat
variasi warna dan pola corak antara sesama larva. Fase larva sekitar 12-25 hari.
Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah kehijauan dan
akhirnya berwarna kuning kecokelatan. Fase pupa berlangsung sekitar 15-21 hari.
Tanaman inangnya antara lain adalah tomat, tembakau, jagung, dan kapas.
Larva H. armigera melubangi buah-buah cabai. Buah cabai yang terserang
menjadi busuk lalu jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang cabai.
Intensitas serangannya dapat
mencapai 47% (Sastrosiswojo dan Basuki 2002 dalam Setiawati et al. 2005).
N. Lalat Buah (B. dorsalis)
Imago memiliki tubuh berwarna gelap dengan pita-pita berwarna
mencolok pada sayapnya.
Biasanya imago memakan cairan atau sekresi dari kumbang atau serangga lainnya, juga madu yang terdapat pada bunga serta cairan buah lain.
Serangga betina memiliki alat peletak telur (ovipositor) yang cukup
tajam dan kuat yang dapat menembus kulit buah muda.
Aktivitas serangga dewasa
pada umumnya pada siang hari dan seringkali imago terangsang oleh visualisasi warna, terutama warna kuning (Vargas et al. 1991 dalam Setiawati et al. 2005).
Imago berukuran sedang, berwarna cerah, panjang tubuh imago jantan
berkisar antara 6–8 mm, panjang tubuh imago betina berkisar antara 8–8,5 mm,
dan rentang sayapnya 5,3–7,3 mm.
Imago betina mampu bertelur 12-15 kali,
masing-masing 100 butir. Lama hidupnya berkisar antara 10 – 25 hari. Masa
praoviposisi berkisar antara 5–7 hari.
Di lapangan hama ini merusak buah yang masih segar, dari buah muda
sampai dengan buah menjelang masak.
Gejala serangan pada buah yang
terinfestasi lalat buah ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan
ovipositornya.
Periode telur berlangsung sekitar 2–3 hari. Larva kemudian memakan daging buah sehingga mengakibatkan buah berwarna coklat kehitaman dan akhirnya buah busuk dan sering gugur.
Rata-rata tingkat serangan lalat buah
pada mangga bervariasi dari 0,67 – 70%, belimbing bisa mencapai 90 – 100%,
dan pada cabai berkisar antara 20 – 25%.
Kerusakan akibat serangan lalat buah
berkisar antara 12 – 20% pada musim kemarau dan pada musim penghujan dapat
mencapai 100% (Untung dkk., 1980 dalam Setiawati et al. 2005).
No comments:
Post a Comment