Artikel ini kami susun dari beberapa sumber dan dari hasil pengalaman pribadi selama bertahun-tahun menjadi petani cabe.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk petani cabe khususnya petani pemula.
Penyebab mati pucuk pada tanaman cabe adalah akibat dari serangan fungi Colletotrichum capsici,
Fungi ini selain menyerang buah cabe atau biasa disebut patek juga menyerang pucuk tanaman cabe.
Penyebab mati pucuk pada cabe
2.1.1. Klasifikasi Colletotrichum capsici
Klasifikasi fungi Colletotrichum capsici pada tanaman cabai (Capsicum
annum L.) menurut Alexopoulus (1996) yaitu:
Kingdom : Fungi
Divisi : Aschomycota
Classis : Ascomycetes
Order : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Species : Colletotrichum capsici
2.1.2. Morfologi Colletotrichum capsici
Fungi Colletotrichum capsici mempunyai konidiofor yang pendek dan
konidia dibentuk dalam aservulus.
Colletotrichum mempunyai stroma yang terdiri dari massa miselium yang berbentuk aservulus, bersepta, panjang antara 30-90 μm, umumnya yang berkembang merupakan perpanjangan dari setiap aservulus.
Konidia berwarna hialin, bersel tunggal dan berukuran 5-15 μm (Daniel, 1972).
Aservulus tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis pecah
apabila konidia telah dewasa.
Konidia keluar sebagai percikan berwarna putih, kuning, jingga, hitam atau warna lain sesuai dengan pigmen yang dikandung konidia.
Diantara bangsa Melanconiales yang konidianya cerah (hialin) adalah
Gloeosporium dan Colletotrichum. Keduanya mempunyai konidia yang
memanjang dengan penciutan di tengah
Gejala Serangan
Gejala awal serangan fungi C. capsici yang terdapat pada tanaman cabai
mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada
buah yang masih hijau atau yang sudah masak.
Bintik-bintik ini tepinya berwarna
kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap
(Semangun, 1994).
Menurut Rukmana & Oesman (2002), pada buah yang terserang fungi C. capsici akan menjadi busuk berwarna seperti terkena sinar matahari yang kemudian menyebabkan busuk basah berwarna hitam.
Pada tahap awal infeksi konidia Colletotrichum yang berada di permukaan kulit buah cabai merah akan berkecambah dan membentuk tabung perkecambahan.
Setelah tabung perkecambahan berpenetrasi ke lapisan epidermis
kulit buah cabai merah maka akan terbentuk jaringan hifa.
Kemudian hifa intra dan interseluler menyebar keseluruh jaringan dari buah cabai merah (Photita, et
al., 2005)
Tanaman cabai dewasa yang terkena fungi C. Capsici akan menimbulkan
gejala mati pucuk, kemudian menjalar pada daun bawah dan batang,
menimbulkan busuk kering berwarna coklat kehitam-hitaman.
Fungi C. capsici
menyebar dengan cepat dengan timbulnya gejala yang cepat (Rukmana &
Oesman, 2002)
Siklus Hidup Fungi Colletotrichum capsici
Siklus hidup dari fungi C. capsici yang terdapat pada tanaman cabai yaitu
berawal dari buah, masuk menginfeksi biji.
Pada umumnya fungi tersebut
menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Fungi C. capsici juga
menyerang daun dan batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan
dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit.
Konidium dari fungi akan disebarkan oleh
angin (Semangun, 1994).
Spora fungi Colletotrichum dapat disebarkan oleh angin dan percikan air
hujan dan pada inang yang cocok akan berkembang dengan cepat (Dickman,
1993).
Pertumbuhan awal fungi Colletotrichum membentuk koloni miselium yang
berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan, kemudian perlahan-
lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus.
Aservulus berwarna merah muda sampai coklat muda merupakan kumpulan massa konidia (Rusli & Zulpadli, 1997).
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Colletotrichum capsici
Pertumbuhan fungi Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Faktor lingkungan tersebut adalah:
1. pH
pH sangat penting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim.
Bila terjadi penyimpangan pH, maka proses metabolisme fungi dapat
terhenti. Menurut Yulianty (2006), pH optimal untuk pertumbuhan fungi
Colletotrichum capsisi yang baik adalah pH 5-7.
Suhu
Suhu optimum pertumbuhan Colletotrichum capsici yaitu antara 24-30o C (Nurhayati, 2011) dengan kelembaban relatif antara 80-90% (Rompas,
2001).
3. Musim
Pertumbuhan fungi C. capsici kurang baik pada musim kemarau dan lahan
yang mempunyai drainase baik. fungi tersebut dapat dibantu oleh angin
dan hujan untuk penyebaran konidia (Semangun, 1991).
Obat mati pucuk pada cabe
Penyakit mati pucuk Colletotrichum spp. dikendalikan dengan fungisida klorotalonil (Daconil ® 500 F, 2g/l) atau Propineb (Antracol
® 70 WP, 2g/l). Kedua fungisida ini digunakan secara bergantian.
1 Asilbenzolar-S-metil + Mankozeb Bion M 1/48 WP M3 + P
2 Azoksistrobin Amistar 250 SC 11
3 Azoksistrobin + Difenokonazol Amistartop 325 SC 11 + 3
4 Belerang Microthiol 720 F M3
5 Belerang Microthiol 720 F M3
6 Belerang Microthiol 80 WG M3
7 Belerang Pemulus 80 WG M3
8 Belerang Sulphorus 80 WG M3
9 Belerang Volney 80 WG M3
10 Belerang Zylene 80 WG M3
11 Belerang Bleng-S 80 WP M3
12 Belerang Inskap 80 WP M3
13 Belerang Kanmulus 80 WG M3
14 Benomil Benovap 50 WP 1
15 Benomil Magenta 50 WP 1
16 Benomil Mastarin 25 EL 1
17 Difenokonazol Scorpio 250 EC 3
18 Fenarimol Rubigan 120 EC 7
19 Heksakonazol Anvil 50 SC 3
20 Heksakonazol Conasol 50 SC 3
21 Heksakonazol Danvil 50 SC 3
22 Heksakonazol Kontaf 50 SC 3
23 Heksakonazol Nazole 50 SC 3
24 Heksankonazol Heksa 50 SC 3
25 Iminoktadintris (albesilat) Belkute 40 WP ?
26 Iprodion Rovral 50 WP 2
27 Kaptan Ingrofol 50 WP M4
28 Kaptan Ingrofol 50 WP M4
29 Karbedazim Fitokarb 50 WP 1
30 Karbedazim Paskal 50 WP 1
31 Kasugamisin Kasumin 20 SL 24
32 Klorotalonil Broconil 75 WP M5
33 Klorotalonil Daconil 75 WP M5
34 Klorotalonil Fitonil 75 WP M5
35 Klorotalonil Platoon 75 WP M5
36 Klorotalonil Sanvory 75 WP M5
37 Klorotalonil Agronil 75 WP M5
38 Klorotalonil Daconil 500 SC M5
39 Klorotalonil + Mandipropamid Revus Opti 440 SC 40 + M5
40 Maneb Trineb 80 WP
Hama tanaman cabe dan cara mengatasinya
Sebenarnya banyak jenis hama yang menyerang tanaman cabai sejak dari
persemaian sampai panen. Tetapi hanya ada beberapa jenis hama yang merupakan hama utama.
Hama utama adalah hama yang terus menerus merusak dan secara
ekonomis merugikan, sehingga selalu perlu dilakukan tindakan pengendalian.
(Setiawati dkk. 2005) mengemukakan dalam penelitiannya ada Jenis-jenis hama utama pada tanaman cabai yaitu antara lain sebagai berikut
A. Trips (T. parvispinus)
Trips menyerang tanaman cabai sepanjang tahun, serangan hebat
umumnya terjadi pada musim kemarau. Serangga dewasa bersayap seperti jumbai (sisir bersisi dua), sedangkan nimfa tidak bersayap.
Warna tubuh nimfa kuning
pucat, sedangkan serangga dewasa berwarna kuning sampai coklat kehitaman.Panjang tubuh sekitar 0.8 – 0.9 mm. Daur hidup trips dari telur sampai dewasa di dataran rendah berkisar antara 7 – 12 hari.
Tanaman inang trips lebih dari 105
jenis tanaman dari keluarga Cucurbitaceae, Solanaceae, Malvaceae dan Leguminoceae. Inang utama trips antara lain adalah tembakau, kopi, ubi jalar, krotalaria dan kacang-kacangan. Permukaan bawah daun yang terserang berwarna keperak-perakan dan daun mengeriting atau berkerut.
B. Kutu daun Persik (M. persicae)
Kutu daun persik selalu ditemukan di areal pertanaman cabai merah.Ukuran tubuhnya kecil (1 – 2 mm), Kutudaun muda (nimfa atau apterae) daEC n dewasa (imago atau alatae) mempunyai antena yang relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya.
Nimfa dan imago (bersayap) mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun persik berwarna hitam. Perkembangbiakannya dilakukan dengan dua cara, yaitu
(1) dengan perkawinan biasa (di daerah subtropis)
(2) secara “parthenogenesis” atau melahirkan anak.
Di daerah tropis, daur hidupnya berkisar antara 10 – 20 hari, sehingga dalam satu tahun terdapat 8 – 20 generasi.
Tanaman inang M. persicae lebih dari
400 jenis, antara lain adalah kentang, kubis, wortel, seledri, mentimun, terung,
bayam, cabai, tembakau, tomat, dan petsai.
Secara langsung tanaman yang terserang keriput, tumbuhnya kerdilkekuningan, daun-daun terpuntir, layu lalu mati.
Secara tidak langsung kutu daun persik merupakan vektor penting penyakit
virus menggulung daun kentang (PLRV) dan PVY.
C. Tungau Teh Kuning (P. latus)
P. latus lebih dikenal sebagai tungau teh kuning, menyerang tunas dan
daun-daun yang baru tumbuh sehingga bentuknya berubah.
Hama tersebut menyerang tanaman cabai sepanjang tahun, serangan hebat umumnya terjadi pada
musim kemarau. Imago berkaki delapan, sedangkan nimfa berkaki enam. Warna
tubuh kuning transparan. Ukuran tubuh + 0.25 mm.
Tungau ukurannya kecil dan mengisap cairan sel daun. Bercak-bercak klorotik yang disebabkan oleh tungau ini
menyebabkan daun berwarna gelap, sebaliknya infestasi tungau yang tinggi menyebabkan daun dan tanaman mati.
Tanaman inang P. latus lebih dari 57 jenis
tanaman antara lain cabai, tomat, karet, dan teh. Daun yang terserang menjadi
berwarna tembaga, tepi daun mengeriting, tunas dan bunga gugur.
D. Ulat Tanah (A. ipsilon)
Ulat tanah merupakan hama penting tanaman sayuran muda seperti kubis,
petsai, tomat, dan cabai. Tanaman inang lainnya adalah tembakau, jagung, dan
kacang-kacangan.
Ngengat A. ipsilon berwarna coklat tua dengan beberapa titik putih bergaris-garis, kecuali bagian depannya berwarna abu-abu atau coklat pucat dan aktif pada malam hari untuk berkopulasi, makan dan bertelur.
Lama hidup ngengat A. ipsilon 7 – 14 hari. Telur diletakkan berkelompok atau tunggal pada daun muda. Telur berbentuk bulat kecil bergaris tengah 0,5 mm dan berwarna kuning muda.
Telur menetas setelah 3 – 5 hari. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur sekitar 500 – 2.500 butir. Larva berwarna coklat tua sampai
coklat kehitam-hitaman panjangnya sekitar 30 – 35 mm.
Stadium larva terdiri atas 4 – 5 instar.
Larva aktif pada senja/malam hari. Pada siang hari, larva bersembunyi di
permukaan tanah di sekitar batang tanaman muda, pada celah-celah atau
bongkahan tanah kering.
Pada saat istirahat, posisi tubuh larva sering melingkar. Pada senja atau malam hari ulat tanah aktif, muncul ke permukaan tanah, kemudian memotong pangkal batang dan tangkai daun tanaman cabai yang masih muda.
Akibatnya tanaman muda roboh dan kelihatan terpotong. Kerusakan berat
pada pertanaman cabai merah kadang-kadang terjadi di awal musim kemarau.
Fase perkembangan larva sekitar 18 hari. Pupa berwarna coklat terang berkilauan
atau coklat gelap. Pupa dibentuk di dalam tanah.
E. Gangsir (B. portentotus)
Cengkerik penggali tanah (gangsir), di Jawa Barat lebih dikenal dengan
sebutan beunceuh atau kasir berwarna kecoklat-coklatan dengan sungut pendek,
dan tungkai-tungkai depannya sangat lebar. Telur berbentuk lonjong dengan
ukuran 4 – 6,5 mm.
Dalam satu kelompok biasanya terdiri atas 30 – 50 telur. Satu
ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100 – 200 butir.
Serangga serangga ini hidup di dalam tanah dengan cara membuat lubang di dalam tanah sampai dengan 90 cm di bawah permukaan (Kalshoven 1981 dalam Setiawati et al. 2005) Satu lubang biasanya dihuni oleh 1 – 2 ekor gangsir.
Serangan berat biasanya terjadi pada awall bulan Juli sampai dengan akhir bulan Agustus. Siklus hidupnya sekitar 21 hari.
Tanaman inangnya antara lain adalah cabai merah, kubis, buncis, tomat, jagung, ketela pohon, kopi, dan teh.
Gejala serangan ditandai terpotongnya tanaman pada pangkal batang.Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kerugian yang diakibatkan
oleh serangan gangsir ini dapat mencapai 50 – 60% dari seluruh bibit yang
ditanam.
F. Anjing Tanah atau Orong-orong ( G. africana dan G. hirsuta)
Orong-orong tinggal di bawah permukaan tanah, memiliki sepasang kaki
depan yang kuat dan dapat digunakan untuk melindungi diri.
Imago terbang pada malam hari dan sering tertarik oleh cahaya lampu. Imago menyerupai jangkrik, panjang kira-kira 3 cm. Warnanya merah tua. Nimfa seperti serangga dewasa tetapi ukurannya lebih kecil.
Sifatnya sangat polifag memakan akar, umbi tanaman muda dan serangga. Tanaman inang lain adalah kentang dan bawang
merah.
G. Uret ( Phyllophaga spp. dan Scarabaeidae lainnya)
Uret merupakan larva kumbang yang ukurannya relatif besar.
Panjang uret dapat mencapai 5 cm. Tubuhnya kokoh dan melengkung, mempunyai kaki pada toraks (dada). Kerusakan dapat terjadi apabila cabai di tanam pada lahan bekas padang rumput.
H. Ulat Bawang (S. exigua)
Ngengat berwarna kelabu dengan sayap depan berbintik kuning. Seekor
ngengat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 1.000 butir.
Telur diletakkan secara berkelompok pada tanaman cabai atau gulma yang tumbuh disekitarnya.Telur dilapisi oleh bulu-bulu putih yang berasal dari sisik tubuh induknya.
Telur berwarna putih, dengan bentuk bulat atau bulat telur (lonjong) dengan ukuran sekitar 0,5 mm.
Larva berbentuk bulat panjang, berwarna hijau atau coklat dengan kepala berwarna kuning kehijauan. Lamanya daur hidup sekitar 15 – 17 hari pada suhu 30 – 33 0C.
Pupa dibentuk dalam tanah. Hama ini bersifat polifag. Lebih dari 200 jenis tanaman menjadi inangnya. Tanaman inang lain yaitu
bawang kucai, bawang daun, bawang putih, kubis, kentang, jagung, dll. Gejala
serangan berupa bercak-bercak putih transparan pada daun.
I. Ulat Grayak (S. litura)
Ngengat berwarna agak gelap dengan garis putih pada sayap depannya,
sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan bercak hitam.
Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 2.000 – 3.000 butir. Telurnya berwarna putih diletakkan berkelompok dan berbulu halus sepertidiselimuti kain laken.
Dalam satu kelompok telur terdapat sekitar 350 butir telur. Larv mempunyai warna yang bervariasi, tetapi mempunyai kalung hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh.
Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Pupa berwarna
coklat gelap terbentuk pada permukaan tanah.
Tanaman inangnya antara lain
adalah tembakau, cabai, bawang merah, terung, kentang, kacang-kacangan, dan
lain-lain (Brown dan Dewhurst, 1975 dalam Setiawati et al. 2005).
Pada daun yang terserang oleh larva yang masih kecil terdapat sisa-sisa epidermis bagian atas dan tulang-tulang daun saja. Larva yang sudah besar merusak tulang daun dan buah.
Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya lubang tidak
beraturan pada buah cabai. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman menjadi
gundul.
Menurut (Pracaya, 2011) setelah cukup dewasa, yaitu kurang lebih 2
minggu, ulat mulai berkepompong di dalam tanah.
Pupanya dibungkus dengan
tanah dan setelah menjadi ngengat, hama ini bisa terbang sejauh 5 km pada malam
hari.
J. Lalat Pengorok Daun (L. huidobrensis)
Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm. Fase imago
betina rata-rata 10 hari dan jantan 6 hari (Supartha, 1998 dalam Setiawati et al.
2005).
Siklus hidupnya sekitar 28 hari. Telur berbentuk ginjal diletakkan pada jaringan epidermis, berukuran 0,1-0,2 mm dan bentuknya oval.
Fase telur adalah 2-4 hari. Larva berbentuk silinder berwarna putih bening terdiri atas tiga instar, ukuran larva 2,5 mm tidak mempunyai kepala atau kaki. Fase larva adalah sekitar 6-12 hari.
Pupa dibentuk dalam tanah, berwarna kuning kecoklatan. Fase pupa
adalah sekitar 9 - 12 hari. Tanaman inangnya adalah kentang, tomat, seledri,
wortel, terung, mentimun, cabai, semangka, dan kacang-kacangan.
K. Wereng Kapas (Empoasca spp.)
Sebaran wereng kapas sangat luas. Wereng kapas berukuran kecil, sekitar
3 mm.
Gerakannya sangat gesit, jika terganggu akan meloncat dengan cepat.
Hama tersebut mengisap cairan tanaman yang mengakibatkan tanaman menjadi
lemah.
Wereng kapas juga menghasilkan racun yang dapat merusak tanaman.
Beberapa spesies dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh mikoplasma seperti penyakit “aster yellow” dan “witches- broom”.
Kisaran inangnya sangat luas termasuk kapas, mentimun, terung, tomat, kentang, dan lain-lain. Serangan
berat biasanya terjadi pada musim kemarau.
Gejala serangan dari hama ini menyebabkan bintik-bintik putih pada daun, karena cara makannya dengan menusuk dan mengisap, terutama pada permukaan atas daun.
Jika terjadi serangan hebat, semua permukaan daun penuh dengan
bintik-bintik putih. Nimfa dan wereng dewasa dapat diamati pada permukaan
bawah daun, selain itu wereng hijau juga menyebabkan pinggir daun kering
seperti terbakar dengan ujungnya menggulung dan daun-daun berwarna
kekuningan. Tanaman dapat mati muda.
L. Kutu Kebul (B. tabaci)
Hama kutu kebul, B. tabaci yang merupakan hama penting pada tanaman
cabai. Hama ini pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1938 pada tanaman tembakau.
Telur B. tabaci berbentuk lonjong, agak lengkung seperti pisang,
panjangnya kira-kira antara 0,2 – 0,3 mm dan diletakkan di permukaan bawah
daun.
Fase telur 7 hari. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke – 1 berbentuk bulat
telur dan pipih, bertungkai yang berfungsi untuk merangkak.
Pupa berbentuk oval agak pipih, berwarna hijau ke putih-putihan sampai kekuning-kuningan. Pupa terdapat pada permukaan bawah daun. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada bagian permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung.
Ukuran tubuhnya berkisar antara 1–1,5 mm.
Siklus hidupnya berkisar antara 7–21 hari.
Serangga dewasa biasanya
berkelompok dalam jumlah yang banyak. Bila tanaman tersentuh, serangga
tersebut akan beterbangan seperti kabut atau kebul putih.
B. tabaci adalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar.
Tanaman yang menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang
terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicacea, Convolvulaceae, Cucurbitacea, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Solanaceae, dll.).
Tanaman
inang utamanya antara lain adalah Gossypium, Lycopersicon esculentum, Gerbera
jamesonii, Capsicum annuum, Nicotiana tabacum, Ipomoea batatas, Manihot
esculenta, Euphorbia pulcherrima, Sinningia speciosa, Lactuca sativa, Cucumis sativus, Abelmoschus esculentus, Phaseolus vulgaris,Solanum melongena, Brassica sp., Glycine max, Piper nigrum, Solanum tuberosum, Hibiscus, dan Ageratum.
M. Ulat Buah Tomat (H. armigera)
Larva ulat buah tomat masuk ke dalam buah dengan menembus dinding
buah dan hidup dari bagian dalam buah cabai yang belum masak.
Kerusakan yang diakibatkannya yaitu berupa lubang-lubang pada buah cabai. Ngengat berwarna coklat kekuning-kuningan dengan bintik-bintik dan garis yang berwarna hitam.
Ngengat jantan mudah dibedakan dari ngengat betina karena ngengat betina
mempunyai bercak-bercak berwarna pirang muda.
Telur berbentuk bulat dan
berwarna putih agak kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi kuning tua
dan akhirnya ketika mendekati saat menetas berbintik hitam.
Fase telur berkisar antara 10-18 hari (Setiawati 1991 dalam Setiawati et al. 2005).
Larva muda berwarna kuning muda kemudian berubah warna dan terdapat
variasi warna dan pola corak antara sesama larva. Fase larva sekitar 12-25 hari.
Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah kehijauan dan
akhirnya berwarna kuning kecokelatan. Fase pupa berlangsung sekitar 15-21 hari.
Tanaman inangnya antara lain adalah tomat, tembakau, jagung, dan kapas.
Larva H. armigera melubangi buah-buah cabai. Buah cabai yang terserang
menjadi busuk lalu jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang cabai.
Intensitas serangannya dapat
mencapai 47% (Sastrosiswojo dan Basuki 2002 dalam Setiawati et al. 2005).
N. Lalat Buah (B. dorsalis)
Imago memiliki tubuh berwarna gelap dengan pita-pita berwarna
mencolok pada sayapnya.
Biasanya imago memakan cairan atau sekresi dari kumbang atau serangga lainnya, juga madu yang terdapat pada bunga serta cairan buah lain.
Serangga betina memiliki alat peletak telur (ovipositor) yang cukup
tajam dan kuat yang dapat menembus kulit buah muda.
Aktivitas serangga dewasa
pada umumnya pada siang hari dan seringkali imago terangsang oleh visualisasi warna, terutama warna kuning (Vargas et al. 1991 dalam Setiawati et al. 2005).
Imago berukuran sedang, berwarna cerah, panjang tubuh imago jantan
berkisar antara 6–8 mm, panjang tubuh imago betina berkisar antara 8–8,5 mm,
dan rentang sayapnya 5,3–7,3 mm.
Imago betina mampu bertelur 12-15 kali,
masing-masing 100 butir. Lama hidupnya berkisar antara 10 – 25 hari. Masa
praoviposisi berkisar antara 5–7 hari.
Di lapangan hama ini merusak buah yang masih segar, dari buah muda
sampai dengan buah menjelang masak.
Gejala serangan pada buah yang
terinfestasi lalat buah ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan
ovipositornya.
Periode telur berlangsung sekitar 2–3 hari. Larva kemudian memakan daging buah sehingga mengakibatkan buah berwarna coklat kehitaman dan akhirnya buah busuk dan sering gugur.
Rata-rata tingkat serangan lalat buah
pada mangga bervariasi dari 0,67 – 70%, belimbing bisa mencapai 90 – 100%,
dan pada cabai berkisar antara 20 – 25%.
Kerusakan akibat serangan lalat buah
berkisar antara 12 – 20% pada musim kemarau dan pada musim penghujan dapat
mencapai 100% (Untung dkk., 1980 dalam Setiawati et al. 2005).
Fungisida untuk mengendalikan penyakit antraknosa LENGKAP
Artikel ini kami susun dari beberapa sumber dan dari hasil pengalaman pribadi selama bertahun-tahun menjadi petani cabe sampai saat ini.
Dengan artikel ini semoga bisa bermanfaat untuk petani pemula khususnya petani cabe.
yang akan kita bahas pada artikel ini adalah penyakit antraknose/petek Salah satu penyakit yang bisa menyebabkan kegagalan dalam budidaya cabai.
Penyebab :
Cendawan Colletotrichum sp. dan
Gloeosporium spp.
Tanaman inang : buncis, cabai, kacang
panjang, labu, mentimun, oyong, paria,
semangka, dan tomat
Gejala serangan :
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat.
Warna hitam merupakan struktur
dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus), apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah muda.
Luka yang ditimbulkan akan semakin
melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang
tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk,
ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna kulit buah seperti jerami padi.
Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang terbawa oleh benih.
Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi
perkembangan cendawan ini berkisar antara 20–24° C.
Saya akan bagikan tindakan pencegahan antraknose/petek pada tanaman cabe karena tindakan pencegahan lebih baik dari pada mengobati.
Penyakit ini sangat sulit teratasi jika serangan sudah menyebar luas,
Fungisida untuk mengendalikan penyakit antraknosa LENGKAP
Bahan aktif Nama dagang
1 Asilbenzolar-S-metil + Mankozeb: Bion M 1/48 WP M3 + P
2 Azoksistrobin: Amistar 250 SC 11
3 Azoksistrobin + Difenokonazol: Amistartop 325 SC
4 Belerang : Microthiol 720 F M3
5 Belerang : Microthiol 720 F M3
6 Belerang: Microthiol 80 WG M3
7 Belerang: Pemulus 80 WG M3
8 Belerang. Sulphorus 80 WG M3
9 Belerang Volney 80 WG M3
10 Belerang Zylene 80 WG
11 Belerang Bleng-S 80 WP M3
12 Belerang Inskap 80 WP M3
13 Belerang. Kanmulus 80 WG M3
14 Benomil. Benovap 50 WP 1
15 Benomil. Magenta 50 WP 1
16 Benomil Mastarin 25 EL 1
17 Difenokonazol. Scorpio 250 EC 3
18 Fenarimol Rubigan 120 EC 7
19 Heksakonazol Anvil 50 SC 3
20 Heksakonazol. Conasol 50 SC 3
21 Heksakonazol Danvil 50 SC 3
22 Heksakonazol Kontaf 50 SC 3
23 Heksakonazol Nazole 50 SC 3
24 Heksankonazol Heksa 50 SC 3
25 Iminoktadintris (albesilat) Belkute 40 WP ?
26 Iprodion Rovral 50 WP 2
27 Kaptan Ingrofol 50 WP M4
28 Kaptan Ingrofol 50 WP M4
29 Karbedazim. Fitokarb 50 WP 1
30 Karbedazim Paskal 50 WP 1
31 Kasugamisin Kasumin 20 SL 24
32 Klorotalonil Broconil 75 WP M5
33 Klorotalonil Daconil 75 WP M5
34 Klorotalonil Fitonil 75 WP M5
35 Klorotalonil Platoon 75 WP M5
36 Klorotalonil Sanvory 75 WP M5
37 Klorotalonil Agronil 75 WP M5
38 Klorotalonil Daconil 500 SC M5
39 Klorotalonil + Mandipropamid Revus Opti 440 SC 40 + M5
40 Maneb Trineb 80 WP
41 Maneb + Zineb. Velimex 80 WP M3
42 Mankozeb Antila 80 WP M3
43 Mankozeb Bazoka 80 WP M3
44 Mankozeb. Bumper 80 WP M3
45 Mankozeb. Cozeb 80 WP M3
46 Mankozeb Festans 80 WP M3
47 Mankozeb Fitozeb 80 WP M3
48 Mankozeb Mancothane 80 WP M3
49 Mankozeb Metazeb 80 WP M3
50 Mankozeb Raksasa 80 WP M3
51 Mankozeb Sidazeb 80 WP M3
52 Mankozeb. Syno 80 WP M3
53 Mankozeb Syno 80 WP M3
54 Mankozeb Victory 80 WP M3
55 Mankozeb Vondozeb 80 WP M3
56 Mankozeb + Metalaksil Manxyl 68 WP M5
57 Mankozeb + Simoksanil Curxanil 8/64 WP M3 + 27
58 Mankozeb + Karbedazim Cozene 70/10 WP M3 + 1
59 Mankozeb + Karbedazim Delsene MX 80 WP M3 + 1
60 Metalaksil + Mankozeb Retro 8/64 WP M3 + 4
61 Metil Tiofanat BM Toplaz 70 WP 1
62 Metil Tiofanat Dense 520 SC 1
63 Metil Tiofanat Judo 70 WP 1
64 Metil Tiofanat Topsin 500 SC 1
65 Metiram Polycom 70 WG M3
66 Propineb. Antracol 70 WP M3
67 Propineb BM Proneb 70 WP M3
68 Propineb Chemicide 70 WP M3
69 Propineb. Colanta 70 WP M3
70 Propineb Foyer 70 WP
71 Propineb Haticol 70 WP M3
72 Propineb Mitracol 70 WP M3
73 Propineb. Mitracol 70 WP M3
74 Propineb Nobus 70 WP M3
75 Propineb Petrostar 70 WP M3
76 Propineb Supracol 70 WP M3
77 Propineb + Fluopikolid Trivia 73 WP 43 + M3
78 Siprokonazol Alto 100 SL 3
79 Tebukonazol. Bettup 200 EC 3
80 Tebukonazol Folicur 430 SC 3
81 Tebukonazol. Folicur 25 WP 3
82 Tembaga Hidroksida Agrocide 77 WP M1
83 Tembaga Hidroksida. Champion 77 WP M1
84 Tembaga Hidroksida. Funguran80 WP M1
85 Tembaga Hidroksida. Kocide 54 WG M1
86 Tembaga Hidroksida Kocide 77 WP M1
87 Tembaga Oksi Sulfat Kuproxat 345 SC M1
88 Tembaga Oksi Sulfat Sultricob 93 WP M1
89 Tembaga Oksiklorida. Kibox 85 WP M1
90 Tembaga Sulfat Etane 3 SP M1
91 Tiram Tiflo 80 WP M1
92 Ziram Ziflo 76 WG